Senin, 16 Januari 2012

Alat Kontrasepsi




A.    PENGERTIAN
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan(Albar Erdjan, 2002 dalam buku Ilmu Kandungan).upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Menurut Moeloek Farid Anfasa,2005 dalam buku Ilmu Bedah kebidanan kontarasepsi adalah setiap tindakan pada kedua saluran bibit wanita dan bibit pri yang mengakibatkan pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi, atas permintaan suami atau istri yang bersangkutan .
Daya guna suatu cara kontrasepsi di ukur dengan rumus pearl yang diajukan pada tahun 1930-an. Menurut rumus ini tingkat kehamilan (pregnancy rate=kehamilan per 1000 tahun wanita) ialah 1200 x jumlah kehamilan / jumlah siklus seluruhnya. Asumsi yang di pakai oleh pearl  ialah bahwa setiap akseptor mempunyai kesuburan yang homogeny, sehingga  1000 akseptor yang di observasi selama satu tahun sama dengan 50 akseptor yang di observasi selama 2 tahun, atau sama dengan 200 apseptor selama 6 bulan. Dalam kehidupan sehari-hari kita lihat bahwa asumsi ini tidak seberapa tepat karena umumnya yang hamil lebih dahulu ialah para akseptor yang motivasinya rendah dan kesuburannya tinggi, sebaliknya yang tidak / belum hamil adalah akseptor yang motivasinya tinggi dan kesuburan  rendah.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.  Kontrasepsi  ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1.   Dapat dipercaya 
  2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
  3.   Daya kerjanya dapat d atur menurut kebutuhan
  4.   Tidak menimbulkan gangguan saat melakukan koitus 
  5.   Tidak memerlukan motivasi terus menerus 
  6.   Mudah pelaksaannya 
  7.    Murah harganya sehingga dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat 
  8.   Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan

B.   JENIS-JENIS KONTRASEPSI

1.      Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan

a.       Pantang berkala (rhythm method)
1)      Mekanisme kerja
Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan masa subur istri dipakai tiga patokan, yaitu ovulasi terjadi 14 kurang lebih 2 hari sebelum haid yang akan datang, sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi dan ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi jadi jika konsepsi ini di cegah, koitus harus dihindari sekurang kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi, dan 24 jam setelah ovulasi terjadi.
Tampaknya cara ini mudah dilaksanakan tetapi dalam prakteknya sukar untuk menentukan saat ovulasi dengan tepat. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid tratur .
2)      Cara menentukan masa aman
Mula-mula di catat lama siklus haid selama 3 bulan terskhir. Tentukan lama siklus haid terpendek dan terpanjang. Kemudian siklus haid terpendek dikurangi dengan 18 hari, dan siklus haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, diluarnya merupakan masa aman .
Sebagai contoh jika seorang wanita mempunyai siklus haid yang bervariasi dari 28-36 hari, maka perhitungannya ialah 28-18=10 dan 36-11=25. Pada contoh ini kontrasepsi dapat terjadi hari ke 10 hingga hari ke 25 daur haid. Masa aman ialah hari ke 1-9 setelah haid, dan hari ke 26 sampai ke 9 hari sesufdah haid yang akan datang. Umumnya , mungkin teratur dan daur haid seorang wanita makin kecil tingkat kegagalan cara ini.
Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal badan. Menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun. Kurang lebih 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan akan naik lagi sampai lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini dapat digunakan untuk menentukan saat ovulasi.
Suhu basal badan dicatat dengan teliti setiap hari. Suhu basal badan maksudnya ialah suhu yang di ukur di waktu pagi segera sesudah bangun tidur dan sebelum dilakukan aktifitas apa-apa.
Penggunaan suhu basal badan dan penentuan masa aman seperti diatas akan meninggikan daya guna pantang berkala. Cuma beberapa keadaan seperti infeki , ketegangan , dan waktu tidur tidak teratur dapat pula meninggikan suhu basal badan. Karena itu, dianjurkan agar jangan melakukan senggama sampai terlihat suhu tetap tinggi 3 pagi berturut –turut.
Panjang siklus haid yang teratur ialah 28 -30 hari. Dengan mengenal tanda-tanda premenstrual, maka saat ovulasi dapat dipergunakan.
Apabila siklus terpendek
Hari pertama subur (tidak aman) ialah
Apabila siklus terpanjang tidak aman) ialah
Hari berakhir subur
21 hari
Hari ke-3
21 hari
Hari ke-10
22 hari
Hari ke-4
22 hari
Hari ke-11
23 hari
Hari ke-5
23 hari
Hari ke-12
24 hari
Hari ke-6
24 hari
Hari ke-13
25 hari
Hari ke-7
25 hari
Hari ke-14
26 hari
Hari ke-8
26 hari
Hari ke-15
27 hari
Hari ke-9
27 hari
Hari ke-16
28 hari
Hari ke-10
28 hari
Hari ke-17
29 hari
Hari ke-11
29 hari
Hari ke-18
30 hari
Hari ke-12
30 hari
Hari ke-19
31 hari
Hari ke-13
31 hari
Hari ke-20
32 hari
Hari ke-14
32 hari
Hari ke-21
33 hari
Hari ke-15
33 hari
Hari ke-22
34 hari
Hari ke-16
34 hari
Hari ke-23
35 hari
Hari ke-17
35 hari
Hari ke-24

3)         Efek samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet vagina sewaktu senggama.
4)         Daya guna
Daya guna teoritis ialah 15 kehamilan per 100 tahun wanita, daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100 tahun wanita. Daya guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pula cara rintangan, mislnya kondom atau obat spermatisid disamping pantang berkala
5)         Kekurangan
Waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan.
6)         Kelebihan
Cara ini tanpa menggunakan alat atau obat.

b.      Pembilasan pascasenggama  (postcoital douche)
1)         Pengertian
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga asiditas vagina.
2)        Efektivitas
Cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum  pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.

c.       Perpanjangan masa menyusui anak( prolonged lactation)
1)        Pengertian
Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi lebih kecil apabila mereka telah menyusui anaknya setelah melahirkannya. Maka, memperpanjang laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemi dan proklaktin menekan adanya ovulasi.
2)        Efektifitas
Menyusui anak mencegah ovulasi dan memperpanjang amenoria postpartum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi , dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi, maka konsepsi dapat terjadi selagi wanita tersebut masih dalam keadaan almenorea (membumbung=hamil kembali setelah melahirkan sebelum mendapat haid).

d.      Sanggama terputus
1)       Pengertian
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia, dan mungkin masih digunaka cara yang banyak dilakuka sampai sekarang. Walawpun cara ini banyak mengalami kegagalan, namun koitus interruptus merupakan cara utama dalam penurunan angka kelahiran di Prancis pada abad ke-17 dan abad ke-18. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnua okeh bagian terbesar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.
2)       Keuntungan
Cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan.
3)       Kekurangan
Untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria karena factor jasmani dan emosional tidak dapat mempergunakan cara in. selanjutnya, penggunaan cara ini dapat menimbulkan neorastemi.
4)       Efektifitas
Cara ini umunya dianggap kurang, penyelidikan yang dilakukan di Amerika dan Inggris membuktikan bahwa angka kehamilan dengancara ini hanya sedikit lebih tinggi daripada cara yang mempergunakan kontrasepsi mekanis atau kimiawi. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
a)      Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang dapat mengandung sperma, apalagi ada koitus yang berulang.
b)      Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.
c)      Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan, misalnya karena adanya hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri oleh benang lender seviks uteri yang pada masa ovulasi mempunuai spinbarkeit yang tinggi.

2.      Kontrasepsi secara mekanis untuk pria

a.       Kondom
1)      Pengertian
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane.
2)      Mekanisme kerja
Kondom menghalangi masuknya sperma kedalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah. Kondom ada yang ujungnnya biasa, ada pula ujungnnya berputing. Sebelum membuka kondom, tekanlah ujungnnya untuk mengeluarkan udara yang ada, agar tersedia tem pat bagi mani yang akan  dikeluarkan. Bukalah gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu pasang pada zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung diujung kondom, dan sewaktu zakar ditarik kelaur, jagalah agar jangan sampai ada cairan yang tumpah. Pegangilah kondom pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai.
3)      Jenis kondom
Pada dasarnya ada 2 jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit dibuat dari usus domba. Kondom karet lebih elastic, murah, sehingga lebih banyak dipakai.
4)      Daya guna
Secara teoritis kegagalan kondom hanya terjadi jika kndom tersebut robek oleh karena kurag hati-hati, pelumas kurang, atau karena tekanan pada waktu ejakulasi. Menurut Tietze (1990) pada pasangan subur yang melakukan koitus 120 x pertahun, dan selalu memakai kondom pasa setiap senggama, akan ditemukan 3 kehamilan per 100 tahun-wanita.
Dalam praktek angka ini lebih tinggi 15-36 kehamilan per 100 tahun-wanita. Hal-hal yang berpengaruh antara lain pemakaian yang tdak teratur, motivasi, umur, paritas, status sosio-ekonomi, pendidikan, dll.
5)      Keuntungan
Beberapa keuntungan kondom ialah: murah, mudah didapat (tidak perlu resep dokter), tidak memerlukan pengawasan dan mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.
6)      Kekurangan/Efek samping
(a)   Mengganggu kenyamanan saat bersenggama
(b)   Selalu memakai kondom yang baru
(c)    Selalu harus ada persediaan
(d)   Kadang-kadang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya
(e)   Tingkat kegagalannya cukup tinggi, bila terambat memakainya
(f)     Sobek bila memasukkannya tergesa-gesa
7)      Kontra indikasi
Alergi terhadap kondom karet.



3.      Kontrasepsi secara mekanis untuk wanita
Pesarium:  Diafragma vaginal dan cervical cup

a.       Diafragma vaginal
1)      Pengertian
Diafagma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk magkuk yang elastic pada pinggirnya. Yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, adapula yang terbuat dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. Ukuran diagfragma vaginal yang beredat dipasaran mempunyai diameter antara 55 sampa 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing masing 5 mm. besarnya ukuran diafagma yang akan dipaki oleh aseptorditentukan secara individual. Diafragma dimasukan kegalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uteru. Untuk emperkuat hasiat diafragma obat spermatisida dimasukan kedalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diagfagma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal:
a)       Keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik
b)     Jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutukan perlundungan yang terus menerus
c)       Jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh karena suatu sebab.
1)      Keuntungan
a)      Hamper tidak ada efek samping
b)   Dengan motifasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan
c)      Dapat dipakai sebagai pengganti pil/AKDR pada awanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil/AKDR oleh karena suatu sebab.
2)      Kekurangan
a)      Diperlukan motifasi yang cukup kuat
b)      Umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak dipergunakan secara masal
c)      Pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan
d)     Tungkat kegagalan dapat lebih tinggi daripada pil/AKDR.
3)      Cara pemakaian
Jika akseptor telah setuju mempergunakan cara ini, terlebih dahulu ditentukan ukuran diafragma yang akan dipakai, dengn mengukur jarak antara simpisis bagian bawah dan forniks vagina posterior dengan menggunakan jari telunjuk dari jari tengah tangan dokter, yang dimasukan kedalam vagina akseptor kemudian, kepadanya diterangkan anatomi alat-alat genetal bagian dalam dari wanita, dan dijelaskan serta didemonstrasikan cara memasang diaframa vaginal. Pinggir mangkok dijepit anatar ibu jari dan jari telunjuk, dan diafragma dimasukan kedalam vagina sesuai dengan sumbunya. Seterah selesai pemasangannya, akseptor harus meraba dengan jarinya bahwa porsio servisis uteri terletak di atas mangkok, pinggir atas diafragma di forniks vagina posteror, dan pinggir bawah simfisis. Kemudian, akseptor disuruh sendiri memasang diafragma, mengontrol apakah letaknya sudah benar dan akhirnya mengeluarkanya. Akseptor harus melatih diri untuk menggunakan diafragma. Juka perlu, pemasukan diafragma kedalam vagina dapat dilakukan dengan menggunakan intriducer. Diafragma harus dimasukan sebelum koitus, memasukannya dapat dilakukan dalam posisi tidur telentang, dengan kaki dibengkokkan dalam lutut dan kaki terbuka sedikit, dalam posisi berjongkok, atau dalam posisi berdiri dengan satu kaki didirikan. Sebelum dimasukan, obar spermatisida diletakan dalam mangkuk diafragma serta dioleskan pada pinggirnya. Setelah koitus, diafragma tidak boleh segera dikeluarkan, akan tetapi harus ditunggu 6-8 jam. Dalam waktu itu sperma dalam vagina dikirakan sudah mati.
4)      Cara penyimpanan
Setelah dipakai, diagfragma vaginal dicuci dengan air dan sabun dingin sampai bersih, lalu dikeringkan dengan kain halus, dan kemudian diberi bedak. Diagfragma vaginal harus disimpan ditempat yang tidak boleh kena panas. Sekali kali digfragma harus diperiksa, apakan tidak bocor atau apakah cincin mangkuk tidak rusak. Jika dijaga dengan baik, diagfragma dapat dipergunakan untuk selama kira-kira 1-1,5 tahun.

b.                                       Cervical cap
1)                                             Pengertian
Sevical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22 mm – 33mm jadi lebih kecil dari pada daigfragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk kontrasepsi.

4.      Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

a.       Tubektomi
1)      Pengetian
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita yang mengakibatan yang bersangkutan tidak dapat hamil.
2)      Keuntungan
a)      Motivasi hanya dilakukan sekali saja, sehingga tidak diperlukan motifasi yang berulang-ulang.
b)      Efektifitas hampir 100%.
c)      Tidak mempengaruhi libido seksualis.
d)     Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
3)      Kerugian
Tindakan ini dapat dianggap tidak reversible, walawpun sekarang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi rekanalisasi. Oleh karena itu, penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
4)      Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba
a)      Laparotom
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Di sini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya, pada wanita yang perlu dilakukan seksio sesarea, kadang-kadang tubadan kiri ditutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
b)      Laparotomi postpartum
Laparotomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakuakn sayatan kecil dekat fundus uteriuntuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semilunar (bulan sabit) digaris tengah distal dari pusat dengan panjang kurang lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengancara pomeroy.
c)      Minilaporotomi
Laparotomi mini dilakuan dalam masa interval. Sayatan dibuat digaris tengah diatas simpisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritonium. Untuk mencapai tuba dimasukan atal khusus (elevator uterus) dedalam kavum uteri. Dengan bantuan alat ini uterus bilamana dalam retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu dan kemudian didorong kearah lubang sayatan. Kemudian, dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.  
d)     Laparoskopi
Mula-mula dipasanga cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat mengerakan uterus jika hal itu diperlukan pada laparoskopi. Setelah dilakukan penutupan seperlunya, dibuat sayatan kulit dibawah pusat sepanjang lebih 1cm. Kemudian, ditempat luka tersebut dilakukan fungsi sampai rongga peritonium dengan jarum khusus ( jarum veres), dan melalui jarum itu dibuat pneomoperitonium dengan memasukan CO2  sebanyak 1-3 liter dengan kecepatak kira-kira 1 liter/menit. Setelah pnemoperitonium dirasakan cukup, jarum veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu troikar diangkat dan dimasukan laparoskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks penderita diletakan dalam posisi trendelenberg dan uterus digerakan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cuman yang masuk kedalam rongga peritonium bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba cincin yon atau cincin falope atau clip hulka. Berhubung dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.
e)      Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genipektoral) dan setelah spekulum dimasukan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik keluar dan agak keatas, tampak kavum douglasi mekar diantara ligamentum sakro/uterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tigakada perlekatan. Dilakukan fungsi dengan jarum tauhy diblakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong kerongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar, ehingga dapat dimasukan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan cuman khusus tuba dijepit dan ditari keluar untuk dilakukan penutupannnya dengan cara pomeroy, cara kroener, kauterisasi,atau pemasangan cincin falope.
5)      Cara penutupan tuba
a)      Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan prmotongan tuba. Sekarang cara madlener tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaiti 1%-3%.
b)      Cara Pomeroy
Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benag pengikat diserap maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%
c)      Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium sedangkan ujung distal ditanamkan kedalam ligamentum latum.
d)     Cara Aldridge
Peritonium dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagiab distal bersama-sama dengan fimbria ditaman kedala ligamentum latum.
e)      Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditaruk keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparatomi) di atas simpisis pubis. Kemudian didaerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalving didaerah tersebut mengembung. Lalu dibuat sayatan kecil didaerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm, tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertaman dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
f)       Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutra dibuat melalui bagian mesosalving dibawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain memgelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan maka tuba dikembalikan kedalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum protundum. Angka kegagalan 0,19%.

b.      Vasektomi
1)      Pengertian
Vasektomi ialah tindakan pada kedua vas deferens pria yang mengakibatkan kehamilan lagi. Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara seperti India, Pakistan, Amerika Serikat, Korea, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di Indonesia vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana Nasional. Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu. Selain itu, fasektomi tidak memerlukan alat-alat yang banyak, dapat dilakukan secarapoliklinis, dan umumnya dilakukan dengan mempergunakan anastesi lokal.
2)      Indikasi vasektomi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-itri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
3)      Kontraindikasi
Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi, hanya apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat menggangu sembuhnya luka oprasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.
4)      Keuntungan
Keuntungan vasektomi ialah:
a)      Tidak menimbulkan kelainan fisik maupum mental.
b)      Tidak menggangu libido seksualitas.
c)      Dapat dikerjakan secara poliklinis.
5)      Teknik vasektomi
Mula-mula kulit skrotum didaerah opersi disucihamakan. Kemudian, dilakuakn anastesi lokal dengan larutan silikain. Anastesi dilakukan dikulit skrotim dan jaringan sekitarnya dibagian atas, dan pada jaringan disekitar vas deferns. Vas dicari dan setelah ditentukan lokalisasinya, dipegang sedekat mungkin dibawah kulit skrotum. Setelah itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm di dekat tempat vas deferens. Setelah vas kelihatan, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus diyakinkan betul, bahwa memang vas yang dikeluarkan itu), vas dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujung diikat. Setelah kulit dijepit, tindakan diulangi pada sebelah yang lain.
Seseorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul steril jika dia telah mengalami 8-12 ejakulasi setelah vasektomi. Oleh karena itu, sebelum hal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada koitus memakai cara kontrasepsi yang lain.
Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas deferens misalnya ada 2 vas disebelah kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelun kantong seminalnya betul-betul kosong.
Sterilisasi, baik pada wanita makin lama makin banyak dilakukan diseluruh dunia. Di antara mereka yang mengalami tindakan, niscaya ada yang kemudian ingin supaya kemampuan untuk menjadi hamil atau menghamilkan dikembalikan lagi. Akhir-akhir ini dengan pembedahan yang menggunakan mikroskop (mikro surgery) rekanalisasi tuba falopii dapat dicapai lagi.
6)      Komplikasi vasektomi
Komplikasi vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit terjadinya hematologi oleh perdarahan kapiler., epididimitis, terbentuknya granuloma.

5.      Kontrasepsi dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

a.       Mekanisme kerja
Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Ini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Pada memeriksaan caian uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag  (fagosit) yang mengandung spermatozoa.
Kar dan kawan-kawan selanjutnya menemukan sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakai AKDR, yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan meninkatnya kadar prostaglandi dalam uterus pada wanita tersebut.
Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada AKDR biasa juga oleh karena  ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkutrangnya konsentrasi logam makin lama makin berkurang. 
b.      Jenia-jenis AKDR
Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR, yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah jenis lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagi cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear bentuk terbuka ialah lippes loop, saf-T_coil, multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu T 380 A, Spring coil, margulies spiral dan lain-lain. Sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Otaring, antigen F, Ragab ring, Cincin Gravemberg, Cincin Hall-Stone, Birberg Bow, dll.
c.       Keuntung AKDR
AKDR mempunyai keuntungan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena:
1)      Umumnya hanya memerlukan 1 kali pemasangan dangan demikian 1 kali motivasi.
2)      Tidak menimbulkan efeksistemik.
3)      Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara masal.
4)      Efektifitas cukup tinggi.
5)      Reversible.
d.      Efek samping AKDR
1)       Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasngan dilakukan sewakti haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui okeh akseptor. Keluhan yangs ering terdapat pada pemakai AKDR ialah menoragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak diatasi sebaiknya AKDRdikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran kecil. Jika perdarahan sedikit-sedikit dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatab konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan tindakan-tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat dan digunakan cara kontrasepsi lain.
2)      Rasa nyeri kejang diperut
Rasa nyeri atau kejang diperut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsue hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan menberi analgetika. Jika keluhan berlangsung terus, sebauknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.
3)      Ganguan pada suami
Kadang-kadang suami dapat merasakan benang AKDR suatu bersenggama. Ini disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untu mengurangi atau menghilangkan keluhan ini benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 2-3 cm dari pirsio, sedang jika benang AKDR terlalu pendek sebaiknya AKDRnya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang.
4)      Ekpulsi (pengeluaran sendiri)
Ekpulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekpulsi biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh:
(a)    Umur dan paritas: pada paritas yang rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekpulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih, demikian pula pada wanita muda ekpulsi lebih sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua.
(b)   Lama pemakaian: ekpulsi paling sering terjadi pada 3 bulan pertama setelah pemasangan, setelah itu, angka kejadian menurun dengan tajam.
(c)    Ekspilsi sebelumnya: pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya, kencendrungan terjadinya ekpulsi lagi ialah kira-kira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangknlah AKDR dari jenis yang sama, tetapi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya, dapat juga diganti dengan AKDR jenis lain atau dipasang 2 AKDR.
(d)   Jenis dan ukuran: Jenis dan ukuran AKDR yang dipasang sangat mempengaruhi frekuensi ekpulsi. Pada Lippes loop makin besar ukuran AKDR makin kecil kemungkiinan terjadinya ekspulsi.
(e)    Faktor psikis: oleh karena mortilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita-wanita yang emosional dan ketakutan, yang psikis labil. Pada wanita-wanita seperti ini penting diberikan penerangan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan AKDR.
e.       Komplikasi AKDR
1)      AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebakan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunkan disucihamakan,tabung penyalur, pendorong, dan AKDR.jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan olehg sudah adanya infeksi yang sim akut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.
2)      Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR tertolong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai kerongga perut. Kemudian adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum benang AKDR tidak kelihatan. Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan AKDR dalam rongga uterus.jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat fotoroentgen dan jika tampak di foto AKDR dalam panggul, hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan apakah AKDR terletak di dalam atau diluar kavum uteri.dewasa ini dapat ditentukan dengan USG transvagina dan transabdominal.
Jika pervorasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, AKDR harus dikeluarkan dengan segera oleh karena dikhawatirkan terjadi ileus, begitu pula untuk AKDR yang mengandung logam, pengeluaran AKDR dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparostomi hanya dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan pervorasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
3)       Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil dari pada jika AKDR dibiarkan terus berada dalam rongga uterus. Jika benang AKDR tidak kelihatan, sebaiknya AKDR dibiarkan saja berda dalam uterus.
f.       Kontraindikasi pemasangan AKDR
Kontraindikasi untuk pemasangan AKDR dapat dibagi atas dua golongan, yaitu:
1)      Yang termasuk dalam kontraindikasi relatif ialah :
(a)    Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk perubahan rongga uterus.
(b)   Infufisiensi serviks uteri.
(c)    Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada sectio sesarea, enukleasi mioma , dan sebagainya.
(d)   Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsioner uteri.
2)      Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
(a)    Kehamilan
(b)   Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
(c)    Adanya tumor ganas pada ada traktus genitalis
(d)   Adanya metroradioa yang belum disembuhkan
(e)    Pasangan yang tidak lestari
g.      Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut:
1)      Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilkukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid.
Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain:
(a)    Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak terbuka dan lembek
(b)   Rasa nyeri tidak seberapa keras
(c)    Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasngan tidak seberapa dirasakan
(d)   Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
2)      Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
(a)    Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
(b)   Secara langsung (direct insertion)yaituAKDR dipasang dalam masa 3 bulan setelah partus abortus.
(c)    Secara tidak langsung (inderect unsertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus, atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua  dan minggu keenam setelah partus, bahaya pervorasi atau ekspulsi lebih besar.
3)      Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septik abortion merupakan kontraindikasi.
4)      Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk AKDR yang dipasang, dan bagaimana AKDR tersebut terletak dalam uterus setelah dipasang. Perlu dijelaskan kemungkinan terjadinya efek sampingan seperti pendarahan, rasa sakit, AKDR keluar sendiri.
Untuk memilih AKDR yang akan dipasang, lebih dahulu ditentukan panjangnya rongga uterus.selain diusahakan untuk memasang AKDR yang mempunyai ukuran sebesar mungkin oleh karena dengan memakai AKDR yang mempunyai ukuran besar, kegagalan dan kecendrungan untuk ekspulsi akan berkurang. Sebaliknya ukuran yang lebih kecil sebaiknya dsipasang pada akseptor yang mengalami banyak perdarahan dan rasa sakit. Sebelum pemasangan AKDR semua alat-alat dan tabung penyalur beserta AKDR yang harus sucihama terlebih dahulu. Untuk mensucihamakan alat-alat dapat digunakan beberapa cara:
(a)    AKDR beserta tabung direndam terlebih dahulu dalam larutan zephirol (benzalkonim khloride) dalam air perbandingan 1: 500 sampai 1: 1000.
(b)   AKDR beserta tabung penyalur direndam dalam larutan dettol 5% selama 20 menit.
h.      Teknik pemasangan AKDR
Karena dalam program keluarga berencana di Indonesia digunakan AKDR jenis lippes loop, disini diterangkan cara pemakaian AKDR itu. Setrlah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja genekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual yang mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukan kedalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dalam larutan antiseptik. Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan dimasukan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis serta kavum uteri. AKDR dimasukan kedalam uterus melalui ostio uterieksternum sambil mengadakan tarikan ringanpada cunam serviks. Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, smabil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan , benang AKDR digunting sehingga 2,5 -3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekuluim di angkat.
i.        Pemeriksaan lanjutan ( follow up)
Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan satu minggu sesudahnya, pemeriksaan kedua tiga bulan kemudian dan selanjutnya enam bulan. Tidak ada konsensus berapa lama AKDR jenis lippes loop boleh ditinggalkan dalam uterus, akan tetapi demi efektifitasnya, AKDR copper 7 atau copperti sebaiknya diganti tiap 3 tahun.
j.        Cara mengeluarkan AKDR
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari ostium uteri externum dengan dua jari, dengan pinset, dengan cunam. Kadang-kadang benang AKDR tidak tampak ostium uteri externum. Tidak terlihatnya benang AKDR ini disebabkan oleh :
1)      Akseptor menjadi hamil.
2)      Perverasi uterus.
3)      Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor.
4)      Perubahan letak AKDR, sehingga benang AKDR tertarik kedalam rongga uterus, seperti ada mioma uterus.

6.      Kontrasepsi dengan Obat-Obat spermatisida

Penggunaan obat spermatisida untuk tujuan kontrasepsi telah dikenal sejak jaman dahulu. Berbagai bahan telah digunakan dalam berbagai bentuk untuk memasukan ke dalam vagina. Pada tahun 1885 Walter Rendell (inggris) untuk pertama kali membuat suatu suppositorium, terjadi atas sulvas kinin dalam oleum kakao, kemudian sulfas kinin diganti dengan hidrokuinon yang mempunyai daya spermatisida yang lebih kuat. Obat spematisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas dua komponen yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang non aktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma,makin tinggiu efektifitas obat. Oleh sebab itu, obat yang paling baik adalah yang dapat membuat busa setelah dimasukan kedalam vagina sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain(diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain.
a.       Mekanisme kerja
Preparat spermatisid terjadi atas dua komponen, yaitu bahan kimia yang mematikan sperma biasanya nonilfenoksi polietanol, dan medium yang dipakai berupa tablet busa, cream, atau agar. Tablet busa/agar diletakan dalam vagina, dekat serviks. Gerakan-gerakan senggama akan menyebarkan busa melalui serviks, sehingga secara mekanik menutupi ostium uteri eksternum dan mencegah masuknya sperma ke dalam kanalis servikalis.
b.      Daya guna
Daya guna teoritis ialah tiga kehamilan perseratus tahun wanita. Daya guna pemakaian ialah 30 kehamilan per 100 tahun wanita. Perbedaan yang tinggi ini disebabkan oleh seringnya terjadi kesalahan dalam praktek, misalnya cream atau agar yang dipakai tidak cukup banyak, pembilasan vagina dalam 6-8jam sesudah sanggama, dan sebagainya.
c.       Efek samping
Efek samping walaupun jarang ditemukan tetapi bisa ditemukan berupa reaksi alergi. Disamping itu preparat spermatisid mempunyai rasa tidak enak.
d.      Obat-obatan spermatisida
1)      Suppositorium: Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukan sejauh mungkin kedalam vagina sebelum koitis. Obat ini baru mulai aktif setelah liama menit . lama kejanya kurang lebih 20menit sampai 1 jam.
2)      Jelly atau creme: perseptin vaginal jelly, orthougynol vaginal jelly, delfen vaginal creme.jelly lebih encer dari pada creme. Obat ini disemprotkan kedalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20menit sampai 1 jam.
3)      Tablet busa: sampoon,volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan tablet terlebih dahulu dicelupkan kedalam air, kemudian dimasukan kedalam vagina sejauh mungkin.lama kerjanya 30 sampai 60 menit.
4)      C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam vagina obat ini mereupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.

7.      Kontrasepsi hormonal
a.       Sejarah
Pada tahun 1921 Heberlandt melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang sedang hamil kepada binatang lain yang spesiesnya sama. Ia menemukan kemandulan sementara pada binatang yang menerima transplantasi. Pada tahun 1930 Allen melakukan isolasi progesteron, dan pada tahun-tahun berikutnya Bickenback dan Von Massenbach menemukan bahwa progesterone, testosterone, dan estrogen dapat menghambat ovulasi.
Barulah pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang, dan Rock menemukan bahwa pemberian progesterone per os pada hari ke-5 sampai ke-25 daur haid dapat menghambat ovulasi, hormone steroid ini digunakan untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama kontrasepsi oral dengan noretinodrel dan mestranol di Puorte Rico pada tahun 1956 membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.
Semenjak itu perkembangan kontrasepsi hormonal berlangsung terus. Tahun 1960 pil kombinasi estrogen dan progesterone mulai digunakan. Tahun 1963 pil skuensial diperkenalkan. Sejak tahun 1965 sampai sekarang masih banyak di adakan penyusuaian dosis atau penggunaan progesterone saja, sehingga muncul pil mini dan lain-lain. Perkembangan ini pada umumnya bertujuan mencari suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi, efek samping minimal, dah keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.
b.      Mekanisme kerja estrogen
Estogen mempunyai kasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau inplantasi.
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandungestrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesterone disampng estrogen.
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi rata—rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang dapat menghambat inflamasi.
c.       Mekanisme kerja progesterone
Fungsi progesterone ialah menyiapkan endrometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesterone mempunyai pula khasiat kontrasepsi, sebagai berikut:
1)         Lendir servik mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
2)        Kapasitasi sperma dihambat oleh pragesteron. Kapasitasi diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan disekeliling ovum.
3)        Jika progesterone diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.
4)        Inplantasi dihambat bila progesterone diberika sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi,produksi progesteron dari korpus luteumakan berkurang sehingga implantasi dihambat
5)        Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus, hipofisis, ovarium.
d.      Pil Kombinasi
Pil kombinasi dewasa ini dipakai oleh lebih dari 65 juta wanita diseluruh dunia. Dalam satu pil terdapat baik progesterone maupun estrogen sintetik. Pil diminum setiap hari selama 3 minggu diikuti dengan 1 minggu tanpa pil atau placebo, pada saat mana suatu pendarahan surut akan terjadi. Estrogennya ialah etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0,05; 0,08; atau 0,1 mg per tablet. Progestinnya berfariasi yang merupakan androgen, yang merupakan progesteron atau mempunyai pengaruh estrogen intrinsic.
1)      Indikasi kontra
Indikasikontra mutlak pemakaian ialah terdapat tromboflebitis atau riwayat tromboflebitis, kelainan serebro vascular, fungsi hati tidak atau kuarng baik, adanya keganasan pada kelenjar payudara atau alat reproduksi, adanya kehamilan atau varises berat.
Indikasikontra relative ialah hipertensi, diabetes, perdarahan abnormal per vaginamyang tidak jelas sebabnya, laktasi, fibromioma uterus, penyakit jantung atau ginjal.
2)      Pilihan pil Kombinasi
Dalam memilih jenis pil kombinasi pertama-tama harus diperhatikan ada tidaknya indikasikontra yang tertera di atas. Pil kombinasi yang terdapat di Indonesia dewasa ini dapat dilihat pada table 1. Sehubungan dengan kolerasi antara potensi dan tromboemboli, sangat sangat danjurkan untuk memakai dengan dosis 50 mcg atau kurang. Progesteron yang mempunyai pengaruh entrogenik mialnya noretinodrel, Etinodioldiasetat, Noretindron asetat, dan noretindron sedangkan norgestrel tidak mempunyai pengaruh estrogenic.
3)      Cara makan pil.
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu agar mudah diingat. Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedang pada pasca keguguran 1-2 minggu sesudah kejadian.
Jumlah pil 21-22 tablet dimakan terus menerus, kemudian istirahat selama 1 minggu. Pada pil kombinasi yang terdiri atas 28 tablet ( 21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet placebo), pil diminum terus menerus. Tablet yang diminum pertama kali sewaktu haid ialah tablet placebo.
Pada 2 minggu pertama pemakaian pil bungkus pertama sebaikknya jngan bersenggama, atau memakai kontrasepsi lain. Karena ovulasi pada siklus haid itu mungkin belum dapat dicegah.
Usahakan agar pil diminum pada waktu yang kurang lebih sama, misalnya sesudah makan malam, agar supaya mudah diingat, dan juga agar kadar obat dalam tubuh kurang lebih tetap.
Setiap pagi dilakukan control apakah pil kemari sudah diminum. Jika lupa minum pil, minumlah segera kembali ketika ingat. Pil berikutnya diminum seperti biasa. Jika lupa 2 pil berturut-turut, minumlah 2 pil segera ketika ingat, dan 2 pil lagi pada waktu yang biasa hari berikutnya. Pada keadaan ingi mungkin akan terjadi spotting. Selama sisa daur haid harus dipakai cara kontrasepsi yang lain. Jika lupa 3 pil yang atau lebih, kemungkinan kegagalan (hamil) akan menjadi besar. Pemakaian pil dihentikan selama 1 minggu, kemudian mulai bungkus baru.
Perdarahan surut terjadi pada hari ke 3-4 sesudah pil kombinasi habis. Jika tidak /;terjadi perdarahan, pil pertama bungkus berikutnya dapat dimulai, jika seminggu setelah pil kombinasi habis. Jika perdarahan tidak terjadi lagi bulan berikutnya, pemeriksaan terhadap kemungkinan kehamilanharus dilakukan, dan pemakainan pil dihentikan dahulu.  
4)      Efek samping
Efek samping dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni efek sampingan yang ringan, dan efek samping yang berat.
Efek samping yang ringan berupa pertambahan berat badan, perdarahan di luar daur haid, enek-enek, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea pascapil, retensi cairan, dan keluhan-keluhan gastrointestinal. Umumnya efek sampingan ini timbul dalam beberapa bulan pertama pemakaian pil. Efek sampingan iniakan berkurang dan hilang dengan sendirinya, ada pula yang hilang jika pasien berpindah ke pil yang lain, dengan kadar estrogen dan progestron yang lebih sesuai. Dalam table diperlihatkan beberapa efek samping sehubungan dengan kadar estrogen dan progesterone masing-masing.
Efek samping yang berat adalah tromboemboli, yang mungkin terjadi karena peningkatan aktivitas factor-faktor pembekuan, atau mungkin juga karena pengaruh vaskuler secara langsung. Angka kejadian tromboemboli pada para wanita pemakai pil adalah sekitar 4-9 kali lebih tinggi dari pada para wanita bukan pemakai pil golongan umur yang sama. Angka kematian ialah 3 per 100.000 wanita pil, sehingga kalau dibandingkan dengan angka kematian meternal (oleh karena kehamilan) angka itu sebenarnya jauh lebih rendah. Kemungkinan mendapat tromboemboli-suatu komplikasi yang jarang –dikurangi oleh pemakaian pil yang mengandung estrogen dosis rendah, misalnya 50 mikrogram atau kurang dari itu. Walaupun demikian, masih ada kemungkinan hubungan antara tromboemboli progesterone.










Efek samping pil kontrasepsi
Estrogen
Progestin


Kelebihan

Nausea
Edema
Keputihan
Kloasma
Disposisi lemak
berlebihan
Eksotrofia serviks
Teleangiekstasia
Nyeri kepala jenis
veskuler
Hipertensi
Supersi laktasi
Buah dada tegang
dengan retensi
cairan


Kekurangan

Irritabilitas
Semburan panas
Prolapsus uteri
Spotting
Darah haid
berkurang
Tidak adanya
Perdarahan surut
Libido berkurang

Kelebihan

Nafsu makan
meningkat
Berat badan
bertambah
Cepat lelah
Depresi
Lbido berkurang
Akne
Alopesia
Cholestatic jaundice
Lama haid ber-
kurang
Nyeri kepala
Efek anabolik
Miniliasis
Payudara membesar
Payudara tegang
Tapa retensi cairan

Kekurangan

Darah haid
lebih banyak, di
sertai bekuan
Perdarahan surut terlambat