A.
PENGERTIAN
Kontrasepsi berasal dari kata
‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti
pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan(Albar Erdjan, 2002 dalam buku Ilmu Kandungan).upaya
itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Menurut
Moeloek Farid Anfasa,2005 dalam buku Ilmu Bedah kebidanan kontarasepsi adalah
setiap tindakan pada kedua saluran bibit wanita dan bibit pri yang
mengakibatkan pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi,
atas permintaan suami atau istri yang bersangkutan .
Daya guna suatu cara
kontrasepsi di ukur dengan rumus pearl yang diajukan pada tahun 1930-an.
Menurut rumus ini tingkat kehamilan (pregnancy rate=kehamilan per 1000 tahun
wanita) ialah 1200 x jumlah kehamilan / jumlah siklus seluruhnya. Asumsi yang
di pakai oleh pearl ialah bahwa setiap
akseptor mempunyai kesuburan yang homogeny, sehingga 1000 akseptor yang di observasi selama satu
tahun sama dengan 50 akseptor yang di observasi selama 2 tahun, atau sama
dengan 200 apseptor selama 6 bulan. Dalam kehidupan sehari-hari kita lihat
bahwa asumsi ini tidak seberapa tepat karena umumnya yang hamil lebih dahulu
ialah para akseptor yang motivasinya rendah dan kesuburannya tinggi, sebaliknya
yang tidak / belum hamil adalah akseptor yang motivasinya tinggi dan
kesuburan rendah.
Sampai
sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
Kontrasepsi ideal itu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Dapat dipercaya
- Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
- Daya kerjanya dapat d atur menurut kebutuhan
- Tidak menimbulkan gangguan saat melakukan koitus
- Tidak memerlukan motivasi terus menerus
- Mudah pelaksaannya
- Murah harganya sehingga dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
- Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
B.
JENIS-JENIS
KONTRASEPSI
1. Kontrasepsi
tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
a. Pantang
berkala (rhythm method)
1) Mekanisme
kerja
Prinsip pantang berkala ialah tidak
melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan masa subur istri
dipakai tiga patokan, yaitu ovulasi terjadi 14 kurang lebih 2 hari sebelum haid
yang akan datang, sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah
ejakulasi dan ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi jadi jika konsepsi ini di
cegah, koitus harus dihindari sekurang kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu
48 jam sebelum ovulasi, dan 24 jam setelah ovulasi terjadi.
Tampaknya cara ini mudah dilaksanakan
tetapi dalam prakteknya sukar untuk menentukan saat ovulasi dengan tepat. Hanya
sedikit wanita yang mempunyai daur haid tratur .
2) Cara
menentukan masa aman
Mula-mula di catat lama siklus haid
selama 3 bulan terskhir. Tentukan lama siklus haid terpendek dan terpanjang.
Kemudian siklus haid terpendek dikurangi dengan 18 hari, dan siklus haid
terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range
masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, diluarnya
merupakan masa aman .
Sebagai contoh jika seorang wanita
mempunyai siklus haid yang bervariasi dari 28-36 hari, maka perhitungannya
ialah 28-18=10 dan 36-11=25. Pada contoh ini kontrasepsi dapat terjadi hari ke
10 hingga hari ke 25 daur haid. Masa aman ialah hari ke 1-9 setelah haid, dan
hari ke 26 sampai ke 9 hari sesufdah haid yang akan datang. Umumnya , mungkin
teratur dan daur haid seorang wanita makin kecil tingkat kegagalan cara ini.
Cara lain untuk menentukan masa aman
ialah dengan suhu basal badan. Menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun.
Kurang lebih 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan akan naik lagi sampai
lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini dapat digunakan untuk
menentukan saat ovulasi.
Suhu basal badan dicatat dengan teliti setiap
hari. Suhu basal badan maksudnya ialah suhu yang di ukur di waktu pagi segera
sesudah bangun tidur dan sebelum dilakukan aktifitas apa-apa.
Penggunaan suhu basal
badan dan penentuan masa aman seperti diatas akan meninggikan daya guna pantang
berkala. Cuma beberapa keadaan seperti infeki , ketegangan , dan waktu tidur
tidak teratur dapat pula meninggikan suhu basal badan. Karena itu, dianjurkan
agar jangan melakukan senggama sampai terlihat suhu tetap tinggi 3 pagi
berturut –turut.
Panjang siklus haid yang teratur
ialah 28 -30 hari. Dengan mengenal tanda-tanda premenstrual, maka saat ovulasi
dapat dipergunakan.
Apabila siklus terpendek
|
Hari pertama subur (tidak aman) ialah
|
Apabila siklus terpanjang tidak aman)
ialah
|
Hari berakhir subur
|
21 hari
|
Hari ke-3
|
21 hari
|
Hari ke-10
|
22 hari
|
Hari ke-4
|
22 hari
|
Hari ke-11
|
23 hari
|
Hari ke-5
|
23 hari
|
Hari ke-12
|
24 hari
|
Hari ke-6
|
24 hari
|
Hari ke-13
|
25 hari
|
Hari ke-7
|
25 hari
|
Hari ke-14
|
26 hari
|
Hari ke-8
|
26 hari
|
Hari ke-15
|
27 hari
|
Hari ke-9
|
27 hari
|
Hari ke-16
|
28 hari
|
Hari ke-10
|
28 hari
|
Hari ke-17
|
29 hari
|
Hari ke-11
|
29 hari
|
Hari ke-18
|
30 hari
|
Hari ke-12
|
30 hari
|
Hari ke-19
|
31 hari
|
Hari ke-13
|
31 hari
|
Hari ke-20
|
32 hari
|
Hari ke-14
|
32 hari
|
Hari ke-21
|
33 hari
|
Hari ke-15
|
33 hari
|
Hari ke-22
|
34 hari
|
Hari ke-16
|
34 hari
|
Hari ke-23
|
35 hari
|
Hari ke-17
|
35 hari
|
Hari ke-24
|
3)
Efek samping
Pantang yang terlampau
lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom
atau tablet vagina sewaktu senggama.
4)
Daya guna
Daya guna teoritis
ialah 15 kehamilan per 100 tahun wanita, daya guna pemakaian ialah 20-30
kehamilan per 100 tahun wanita. Daya guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan
pula cara rintangan, mislnya kondom atau obat spermatisid disamping pantang
berkala
5)
Kekurangan
Waktu yang tepat dari
ovulasi sulit untuk ditentukan.
6)
Kelebihan
Cara ini tanpa
menggunakan alat atau obat.
b.
Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)
1)
Pengertian
Pembilasan vagina
dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain)
segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan
untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara
mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida
serta menjaga asiditas vagina.
2)
Efektivitas
Cara ini mengurangi
kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena
sebelum pembilasan dapat dilakukan,
spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.
c.
Perpanjangan masa menyusui anak(
prolonged lactation)
1)
Pengertian
Sepanjang sejarah para
wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi lebih kecil
apabila mereka telah menyusui anaknya setelah melahirkannya. Maka,
memperpanjang laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Laktasi dikaitkan
dengan adanya prolaktinemi dan proklaktin menekan adanya ovulasi.
2)
Efektifitas
Menyusui anak mencegah
ovulasi dan memperpanjang amenoria postpartum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu
saat akan terjadi lagi , dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila
hal ini terjadi, maka konsepsi dapat terjadi selagi wanita tersebut masih dalam
keadaan almenorea (membumbung=hamil kembali setelah melahirkan sebelum mendapat
haid).
d.
Sanggama terputus
1)
Pengertian
Cara ini mungkin
merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia, dan mungkin
masih digunaka cara yang banyak dilakuka sampai sekarang. Walawpun cara ini
banyak mengalami kegagalan, namun koitus interruptus merupakan cara utama dalam
penurunan angka kelahiran di Prancis pada abad ke-17 dan abad ke-18. Senggama
terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnua okeh
bagian terbesar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum
ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis
keluar dari vagina.
2)
Keuntungan
Cara ini tidak
membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan.
3)
Kekurangan
Untuk mensukseskan cara
ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria
karena factor jasmani dan emosional tidak dapat mempergunakan cara in.
selanjutnya, penggunaan cara ini dapat menimbulkan neorastemi.
4)
Efektifitas
Cara ini umunya
dianggap kurang, penyelidikan yang dilakukan di Amerika dan Inggris membuktikan
bahwa angka kehamilan dengancara ini hanya sedikit lebih tinggi daripada cara
yang mempergunakan kontrasepsi mekanis atau kimiawi. Kegagalan dengan cara ini
dapat disebabkan oleh:
a)
Adanya pengeluaran air mani sebelum
ejakulasi yang dapat mengandung sperma, apalagi ada koitus yang berulang.
b)
Terlambatnya pengeluaran penis dari
vagina.
c)
Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat
menyebabkan kehamilan, misalnya karena adanya hubungan antara vulva dan kanalis
servikalis uteri oleh benang lender seviks uteri yang pada masa ovulasi
mempunuai spinbarkeit yang tinggi.
2.
Kontrasepsi secara mekanis untuk pria
a.
Kondom
1)
Pengertian
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.
Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan
sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex
(karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari
polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat menggunakan
kondom yang terbuat dari polyurethane.
2)
Mekanisme kerja
Kondom menghalangi
masuknya sperma kedalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah. Kondom ada yang ujungnnya biasa, ada pula
ujungnnya berputing. Sebelum membuka kondom, tekanlah ujungnnya untuk
mengeluarkan udara yang ada, agar tersedia tem pat bagi mani yang akan dikeluarkan. Bukalah gulungan kondom, sebelum
persetubuhan lalu pasang pada zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani
tertampung diujung kondom, dan sewaktu zakar ditarik kelaur, jagalah agar jangan
sampai ada cairan yang tumpah. Pegangilah kondom pada waktu menarik zakar
keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai.
3)
Jenis kondom
Pada dasarnya ada 2
jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit dibuat dari usus
domba. Kondom karet lebih elastic, murah, sehingga lebih banyak dipakai.
4)
Daya guna
Secara teoritis
kegagalan kondom hanya terjadi jika kndom tersebut robek oleh karena kurag
hati-hati, pelumas kurang, atau karena tekanan pada waktu ejakulasi. Menurut
Tietze (1990) pada pasangan subur yang melakukan koitus 120 x pertahun, dan
selalu memakai kondom pasa setiap senggama, akan ditemukan 3 kehamilan per 100
tahun-wanita.
Dalam praktek angka ini
lebih tinggi 15-36 kehamilan per 100 tahun-wanita. Hal-hal yang berpengaruh
antara lain pemakaian yang tdak teratur, motivasi, umur, paritas, status
sosio-ekonomi, pendidikan, dll.
5)
Keuntungan
Beberapa keuntungan
kondom ialah: murah, mudah didapat (tidak perlu resep dokter), tidak memerlukan
pengawasan dan mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.
6) Kekurangan/Efek
samping
(a)
Mengganggu
kenyamanan saat bersenggama
(b)
Selalu
memakai kondom yang baru
(c)
Selalu
harus ada persediaan
(d)
Kadang-kadang
ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya
(e)
Tingkat
kegagalannya cukup tinggi, bila terambat memakainya
(f)
Sobek
bila memasukkannya tergesa-gesa
7)
Kontra indikasi
Alergi terhadap kondom
karet.
3.
Kontrasepsi secara mekanis untuk wanita
Pesarium: Diafragma vaginal dan cervical cup
a.
Diafragma vaginal
1)
Pengertian
Diafagma vaginal
terdiri atas kantong karet yang berbentuk magkuk yang elastic pada pinggirnya.
Yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, adapula yang terbuat
dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per.
Ukuran diagfragma vaginal yang beredat dipasaran mempunyai diameter antara 55
sampa 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing masing 5 mm.
besarnya ukuran diafagma yang akan dipaki oleh aseptorditentukan secara
individual. Diafragma dimasukan kegalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan
sampai sperma masuk ke dalam uteru. Untuk emperkuat hasiat diafragma obat
spermatisida dimasukan kedalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diagfagma
vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal:
a)
Keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih
baik
b)
Jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi,
sehingga tidak dibutukan perlundungan yang terus menerus
c)
Jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus
dihentikan untuk sementara waktu oleh karena suatu sebab.
1)
Keuntungan
a)
Hamper tidak ada efek samping
b)
Dengan motifasi yang baik dan pemakaian
yang betul, hasilnya cukup memuaskan
c)
Dapat dipakai sebagai pengganti pil/AKDR
pada awanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil/AKDR oleh karena suatu
sebab.
2)
Kekurangan
a)
Diperlukan motifasi yang cukup kuat
b)
Umumnya hanya cocok untuk wanita yang
terpelajar dan tidak dipergunakan secara masal
c)
Pemakaian yang tidak teratur dapat
menimbulkan kegagalan
d)
Tungkat kegagalan dapat lebih tinggi
daripada pil/AKDR.
3)
Cara pemakaian
Jika akseptor telah
setuju mempergunakan cara ini, terlebih dahulu ditentukan ukuran diafragma yang
akan dipakai, dengn mengukur jarak antara simpisis bagian bawah dan forniks
vagina posterior dengan menggunakan jari telunjuk dari jari tengah tangan
dokter, yang dimasukan kedalam vagina akseptor kemudian, kepadanya diterangkan
anatomi alat-alat genetal bagian dalam dari wanita, dan dijelaskan serta
didemonstrasikan cara memasang diaframa vaginal. Pinggir mangkok dijepit anatar
ibu jari dan jari telunjuk, dan diafragma dimasukan kedalam vagina sesuai dengan
sumbunya. Seterah selesai pemasangannya, akseptor harus meraba dengan jarinya
bahwa porsio servisis uteri terletak di atas mangkok, pinggir atas diafragma di
forniks vagina posteror, dan pinggir bawah simfisis. Kemudian, akseptor disuruh
sendiri memasang diafragma, mengontrol apakah letaknya sudah benar dan akhirnya
mengeluarkanya. Akseptor harus melatih diri untuk menggunakan diafragma. Juka
perlu, pemasukan diafragma kedalam vagina dapat dilakukan dengan menggunakan
intriducer. Diafragma harus dimasukan sebelum koitus, memasukannya dapat
dilakukan dalam posisi tidur telentang, dengan kaki dibengkokkan dalam lutut
dan kaki terbuka sedikit, dalam posisi berjongkok, atau dalam posisi berdiri
dengan satu kaki didirikan. Sebelum dimasukan, obar spermatisida diletakan
dalam mangkuk diafragma serta dioleskan pada pinggirnya. Setelah koitus,
diafragma tidak boleh segera dikeluarkan, akan tetapi harus ditunggu 6-8 jam.
Dalam waktu itu sperma dalam vagina dikirakan sudah mati.
4)
Cara penyimpanan
Setelah dipakai, diagfragma
vaginal dicuci dengan air dan sabun dingin sampai bersih, lalu dikeringkan
dengan kain halus, dan kemudian diberi bedak. Diagfragma vaginal harus disimpan
ditempat yang tidak boleh kena panas. Sekali kali digfragma harus diperiksa,
apakan tidak bocor atau apakah cincin mangkuk tidak rusak. Jika dijaga dengan
baik, diagfragma dapat dipergunakan untuk selama kira-kira 1-1,5 tahun.
b.
Cervical cap
1)
Pengertian
Sevical cap dibuat dari
karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya
terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22 mm – 33mm jadi
lebih kecil dari pada daigfragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis
uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk
kontrasepsi.
4.
Kontrasepsi
Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
a. Tubektomi
1) Pengetian
Tubektomi
ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita yang mengakibatan
yang bersangkutan tidak dapat hamil.
2) Keuntungan
a) Motivasi hanya dilakukan sekali saja, sehingga tidak
diperlukan motifasi yang berulang-ulang.
b) Efektifitas hampir 100%.
c) Tidak mempengaruhi libido seksualis.
d) Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
3) Kerugian
Tindakan
ini dapat dianggap tidak reversible, walawpun sekarang ada kemungkinan untuk
membuka tuba kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi
dengan operasi rekanalisasi. Oleh karena itu, penutupan tuba hanya dapat
dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
4) Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba
a)
Laparotom
Tindakan
ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Di sini
penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang
bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya, pada wanita yang
perlu dilakukan seksio sesarea, kadang-kadang tubadan kiri ditutup apabila
tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
b)
Laparotomi
postpartum
Laparotomi
ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan
nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan oleh karena
uterus masih besar, cukup dilakuakn sayatan kecil dekat fundus uteriuntuk
mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semilunar (bulan
sabit) digaris tengah distal dari pusat dengan panjang kurang lebih 3 cm dan
penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengancara pomeroy.
c)
Minilaporotomi
Laparotomi
mini dilakuan dalam masa interval. Sayatan dibuat digaris tengah diatas
simpisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritonium. Untuk mencapai tuba
dimasukan atal khusus (elevator uterus) dedalam kavum uteri. Dengan bantuan
alat ini uterus bilamana dalam retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu
dan kemudian didorong kearah lubang sayatan. Kemudian, dilakukan penutupan tuba
dengan salah satu cara.
d)
Laparoskopi
Mula-mula
dipasanga cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya
kelak dapat mengerakan uterus jika hal itu diperlukan pada laparoskopi. Setelah
dilakukan penutupan seperlunya, dibuat sayatan kulit dibawah pusat sepanjang
lebih 1cm. Kemudian, ditempat luka tersebut dilakukan fungsi sampai rongga
peritonium dengan jarum khusus ( jarum veres), dan melalui jarum itu dibuat
pneomoperitonium dengan memasukan CO2 sebanyak 1-3 liter dengan kecepatak kira-kira
1 liter/menit. Setelah pnemoperitonium dirasakan cukup, jarum veres dikeluarkan
dan sebagai gantinya dimasukan troikar (dengan tabungnya). Sesudah itu troikar
diangkat dan dimasukan laparoskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan
uterus dan adneks penderita diletakan dalam posisi trendelenberg dan uterus
digerakan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cuman yang
masuk kedalam rongga peritonium bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit
dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba
cincin yon atau cincin falope atau clip hulka. Berhubung dengan kemungkinan
komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak digunakan
cara-cara yang lain.
e)
Kuldoskopi
Wanita
ditempatkan pada posisi menungging (posisi genipektoral) dan setelah spekulum
dimasukan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik keluar
dan agak keatas, tampak kavum douglasi mekar diantara ligamentum sakro/uterinum
kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tigakada perlekatan. Dilakukan fungsi dengan
jarum tauhy diblakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan
usus-usus terdorong kerongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar,
ehingga dapat dimasukan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan
adneksa dan dengan cuman khusus tuba dijepit dan ditari keluar untuk dilakukan
penutupannnya dengan cara pomeroy, cara kroener, kauterisasi,atau pemasangan
cincin falope.
5) Cara penutupan tuba
a) Cara Madlener
Bagian
tengah dari tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan
terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat,
dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada
cara ini tidak dilakukan prmotongan tuba. Sekarang cara madlener tidak
dilakukan lagi karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaiti 1%-3%.
b) Cara Pomeroy
Cara
pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah
dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka kemudian dasarnya diikat
dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benag
pengikat diserap maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka
kegagalan berkisar antara 0-0,4%
c) Cara Irving
Pada
cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium sedangkan ujung distal
ditanamkan kedalam ligamentum latum.
d) Cara Aldridge
Peritonium
dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagiab distal bersama-sama
dengan fimbria ditaman kedala ligamentum latum.
e) Cara Uchida
Pada
cara ini tuba ditaruk keluar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparatomi) di atas simpisis pubis. Kemudian didaerah ampula tuba
dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa
tuba. Akibat suntikan ini, mesosalving didaerah tersebut mengembung. Lalu dibuat
sayatan kecil didaerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba
sepanjang kira-kira 4-5 cm, tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat,
lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertaman dengan sendirinya
dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar
serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini
adalah 0.
f) Cara Kroener
Bagian
fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang
sutra dibuat melalui bagian mesosalving dibawah fimbria. Jahitan ini diikat dua
kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain memgelilingi tuba sebelah proksimal
dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada
perdarahan maka tuba dikembalikan kedalam rongga perut. Teknik ini banyak
digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan
kesalahan mengikat ligamentum protundum. Angka kegagalan 0,19%.
b. Vasektomi
1)
Pengertian
Vasektomi
ialah tindakan pada kedua vas deferens pria yang mengakibatkan kehamilan lagi.
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa
negara seperti India, Pakistan, Amerika Serikat, Korea, dll, untuk menekan laju
pertambahan penduduk. Di Indonesia vasektomi tidak termasuk dalam program
keluarga berencana Nasional. Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat
dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu. Selain
itu, fasektomi tidak memerlukan alat-alat yang banyak, dapat dilakukan
secarapoliklinis, dan umumnya dilakukan dengan mempergunakan anastesi lokal.
2)
Indikasi
vasektomi
Pada
dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-itri
tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan
kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
3)
Kontraindikasi
Sebetulnya
tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi, hanya apabila ada kelainan lokal atau
umum yang dapat menggangu sembuhnya luka oprasi, kelainan itu harus disembuhkan
dahulu.
4)
Keuntungan
Keuntungan
vasektomi ialah:
a) Tidak menimbulkan kelainan fisik maupum mental.
b) Tidak menggangu libido seksualitas.
c) Dapat dikerjakan secara poliklinis.
5)
Teknik
vasektomi
Mula-mula
kulit skrotum didaerah opersi disucihamakan. Kemudian, dilakuakn anastesi lokal
dengan larutan silikain. Anastesi dilakukan dikulit skrotim dan jaringan
sekitarnya dibagian atas, dan pada jaringan disekitar vas deferns. Vas dicari
dan setelah ditentukan lokalisasinya, dipegang sedekat mungkin dibawah kulit
skrotum. Setelah itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai
1 cm di dekat tempat vas deferens. Setelah vas kelihatan, dijepit dan
dikeluarkan dari sayatan (harus diyakinkan betul, bahwa memang vas yang
dikeluarkan itu), vas dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujung diikat. Setelah
kulit dijepit, tindakan diulangi pada sebelah yang lain.
Seseorang
yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul steril jika dia
telah mengalami 8-12 ejakulasi setelah vasektomi. Oleh karena itu, sebelum hal
tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada koitus memakai cara
kontrasepsi yang lain.
Kegagalan
vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan, gagal
mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas deferens
misalnya ada 2 vas disebelah kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelun kantong
seminalnya betul-betul kosong.
Sterilisasi,
baik pada wanita makin lama makin banyak dilakukan diseluruh dunia. Di antara
mereka yang mengalami tindakan, niscaya ada yang kemudian ingin supaya
kemampuan untuk menjadi hamil atau menghamilkan dikembalikan lagi. Akhir-akhir
ini dengan pembedahan yang menggunakan mikroskop (mikro surgery) rekanalisasi
tuba falopii dapat dicapai lagi.
6)
Komplikasi
vasektomi
Komplikasi
vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit terjadinya
hematologi oleh perdarahan kapiler., epididimitis, terbentuknya granuloma.
5.
Kontrasepsi
dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a. Mekanisme kerja
Sampai
sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Ini pendapat yang
terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leokosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma. Pada memeriksaan caian uterus pada pemakai AKDR sering
kali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.
Kar
dan kawan-kawan selanjutnya menemukan sifat-sifat dan isi cairan uterus
mengalami perubahan-perubahan pada pemakai AKDR, yang menyebabkan blastokista
tidak dapat hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi.
Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada
pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan meninkatnya
kadar prostaglandi dalam uterus pada wanita tersebut.
Pada
AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada
AKDR biasa juga oleh karena ion logam
atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma.
Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga
(Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkutrangnya konsentrasi logam makin lama
makin berkurang.
b. Jenia-jenis AKDR
Sampai
sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR, yang paling banyak digunakan
dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah jenis lippes loop. AKDR
dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagi
cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear bentuk terbuka
ialah lippes loop, saf-T_coil, multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu T 380 A, Spring
coil, margulies spiral dan lain-lain. Sedang yang termasuk dalam golongan
bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Otaring, antigen
F, Ragab ring, Cincin Gravemberg, Cincin Hall-Stone, Birberg Bow, dll.
c. Keuntung AKDR
AKDR
mempunyai keuntungan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena:
1) Umumnya hanya memerlukan 1 kali pemasangan dangan
demikian 1 kali motivasi.
2) Tidak menimbulkan efeksistemik.
3) Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara
masal.
4) Efektifitas cukup tinggi.
5) Reversible.
d. Efek samping AKDR
1) Perdarahan
Umumnya
setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat
berhenti. Kalau pemasngan dilakukan sewakti haid, perdarahan yang
sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui okeh akseptor. Keluhan yangs ering
terdapat pada pemakai AKDR ialah menoragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang
tidak diatasi sebaiknya AKDRdikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai
ukuran kecil. Jika perdarahan sedikit-sedikit dapat diusahakan mengatasinya
dengan pengobatab konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan
tindakan-tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat dan digunakan cara
kontrasepsi lain.
2) Rasa nyeri kejang diperut
Rasa
nyeri atau kejang diperut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR,
biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsue hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri
dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan menberi analgetika. Jika keluhan
berlangsung terus, sebauknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil.
3) Ganguan pada suami
Kadang-kadang
suami dapat merasakan benang AKDR suatu bersenggama. Ini disebabkan oleh benang
AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untu
mengurangi atau menghilangkan keluhan ini benang AKDR yang terlalu panjang
dipotong sampai kira-kira 2-3 cm dari pirsio, sedang jika benang AKDR terlalu
pendek sebaiknya AKDRnya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan
hilang.
4) Ekpulsi (pengeluaran sendiri)
Ekpulsi
AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekpulsi biasanya terjadi
waktu haid dan dipengaruhi oleh:
(a) Umur dan paritas: pada paritas yang rendah, 1 atau 2,
kemungkinan ekpulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih,
demikian pula pada wanita muda ekpulsi lebih sering terjadi daripada wanita
yang umurnya lebih tua.
(b) Lama pemakaian: ekpulsi paling sering terjadi pada 3
bulan pertama setelah pemasangan, setelah itu, angka kejadian menurun dengan
tajam.
(c) Ekspilsi sebelumnya: pada wanita yang pernah mengalami
ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya, kencendrungan terjadinya ekpulsi
lagi ialah kira-kira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangknlah AKDR dari jenis
yang sama, tetapi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya, dapat
juga diganti dengan AKDR jenis lain atau dipasang 2 AKDR.
(d) Jenis dan ukuran: Jenis dan ukuran AKDR yang dipasang
sangat mempengaruhi frekuensi ekpulsi. Pada Lippes loop makin besar ukuran AKDR
makin kecil kemungkiinan terjadinya ekspulsi.
(e) Faktor psikis: oleh karena mortilitas uterus dapat
dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai
pada wanita-wanita yang emosional dan ketakutan, yang psikis labil. Pada
wanita-wanita seperti ini penting diberikan penerangan yang cukup sebelum
dilakukan pemasangan AKDR.
e. Komplikasi AKDR
1) AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam
vagina, umumnya tidak menyebakan terjadinya infeksi jika alat-alat yang
digunkan disucihamakan,tabung penyalur, pendorong, dan AKDR.jika terjadi
infeksi, hal ini mungkin disebabkan olehg sudah adanya infeksi yang sim akut
atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.
2) Perforasi
Umumnya
perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian.
Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama
kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR tertolong lebih jauh menembus
dinding uterus, sehingga akhirnya sampai kerongga perut. Kemudian adanya
perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum benang
AKDR tidak kelihatan. Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau
mikrokuret tidak dirasakan AKDR dalam rongga uterus.jika ada kecurigaan kuat
tentang terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat fotoroentgen dan jika tampak di
foto AKDR dalam panggul, hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan
apakah AKDR terletak di dalam atau diluar kavum uteri.dewasa ini dapat
ditentukan dengan USG transvagina dan transabdominal.
Jika
pervorasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, AKDR harus dikeluarkan dengan
segera oleh karena dikhawatirkan terjadi ileus, begitu pula untuk AKDR yang
mengandung logam, pengeluaran AKDR dapat dilakukan dengan laparoskopi.
Laparostomi hanya dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil atau setelah
terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan pervorasi itu jenis terbuka dan
linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
3) Kehamilan
Jika
timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh
karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran
dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang
benangnya masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena kemungkinan
terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil dari pada jika AKDR
dibiarkan terus berada dalam rongga uterus. Jika benang AKDR tidak kelihatan,
sebaiknya AKDR dibiarkan saja berda dalam uterus.
f. Kontraindikasi pemasangan AKDR
Kontraindikasi
untuk pemasangan AKDR dapat dibagi atas dua golongan, yaitu:
1)
Yang
termasuk dalam kontraindikasi relatif ialah :
(a) Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk perubahan
rongga uterus.
(b) Infufisiensi serviks uteri.
(c) Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada sectio
sesarea, enukleasi mioma , dan sebagainya.
(d) Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio
porsioner uteri.
2)
Yang
termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
(a) Kehamilan
(b) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
(c) Adanya tumor ganas pada ada traktus genitalis
(d) Adanya metroradioa yang belum disembuhkan
(e) Pasangan yang tidak lestari
g. Pemasangan AKDR
AKDR
dapat dipasang dalam keadaan berikut:
1) Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan
AKDR pada waktu ini dapat dilkukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari
terakhir haid.
Keuntungan
pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain:
(a)
Pemasangan
lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak terbuka dan lembek
(b)
Rasa
nyeri tidak seberapa keras
(c)
Perdarahan
yang timbul sebagai akibat pemasngan tidak seberapa dirasakan
(d)
Kemungkinan
pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
2) Sewaktu postpartum
Pemasangan
AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
(a) Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang
pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
(b) Secara langsung (direct insertion)yaituAKDR dipasang
dalam masa 3 bulan setelah partus abortus.
(c) Secara tidak langsung (inderect unsertion) yaitu AKDR
dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus, atau pemasangan AKDR
dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau
abortus.
Bila
pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut
beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh
karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya
pervorasi atau ekspulsi lebih besar.
3) Sewaktu postabortum
Sebaiknya
AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan
psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septik abortion merupakan
kontraindikasi.
4) Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam
hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama
sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan, sebaiknya
diperlihatkan kepada akseptor bentuk AKDR yang dipasang, dan bagaimana AKDR
tersebut terletak dalam uterus setelah dipasang. Perlu dijelaskan kemungkinan
terjadinya efek sampingan seperti pendarahan, rasa sakit, AKDR keluar sendiri.
Untuk
memilih AKDR yang akan dipasang, lebih dahulu ditentukan panjangnya rongga
uterus.selain diusahakan untuk memasang AKDR yang mempunyai ukuran sebesar
mungkin oleh karena dengan memakai AKDR yang mempunyai ukuran besar, kegagalan
dan kecendrungan untuk ekspulsi akan berkurang. Sebaliknya ukuran yang lebih
kecil sebaiknya dsipasang pada akseptor yang mengalami banyak perdarahan dan
rasa sakit. Sebelum pemasangan AKDR semua alat-alat dan tabung penyalur beserta
AKDR yang harus sucihama terlebih dahulu. Untuk mensucihamakan alat-alat dapat
digunakan beberapa cara:
(a) AKDR beserta tabung direndam terlebih dahulu dalam
larutan zephirol (benzalkonim khloride) dalam air perbandingan 1: 500 sampai 1:
1000.
(b) AKDR beserta tabung penyalur direndam dalam larutan
dettol 5% selama 20 menit.
h. Teknik pemasangan AKDR
Karena
dalam program keluarga berencana di Indonesia digunakan AKDR jenis lippes loop,
disini diterangkan cara pemakaian AKDR itu. Setrlah kandung kencing
dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja genekologik dalam posisi
litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual yang mengetahui letak,
bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukan kedalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan
dalam larutan antiseptik. Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan
porsio uteri dan dimasukan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros
dan panjangnya kanalis serta kavum uteri. AKDR dimasukan kedalam uterus melalui
ostio uterieksternum sambil mengadakan tarikan ringanpada cunam serviks. Tabung
penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai
tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde
uterus. Selanjutnya, smabil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan,
pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur
keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan , benang AKDR
digunting sehingga 2,5 -3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekuluim
di angkat.
i.
Pemeriksaan
lanjutan ( follow up)
Pemeriksaan
sesudah AKDR dipasang, dilakukan satu minggu sesudahnya, pemeriksaan kedua tiga
bulan kemudian dan selanjutnya enam bulan. Tidak ada konsensus berapa lama AKDR
jenis lippes loop boleh ditinggalkan dalam uterus, akan tetapi demi
efektifitasnya, AKDR copper 7 atau copperti sebaiknya diganti tiap 3 tahun.
j.
Cara
mengeluarkan AKDR
Mengeluarkan
AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari
ostium uteri externum dengan dua jari, dengan pinset, dengan cunam.
Kadang-kadang benang AKDR tidak tampak ostium uteri externum. Tidak terlihatnya
benang AKDR ini disebabkan oleh :
1) Akseptor menjadi hamil.
2) Perverasi uterus.
3) Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor.
4) Perubahan letak AKDR, sehingga benang AKDR tertarik
kedalam rongga uterus, seperti ada mioma uterus.
6.
Kontrasepsi
dengan Obat-Obat spermatisida
Penggunaan
obat spermatisida untuk tujuan kontrasepsi telah dikenal sejak jaman dahulu.
Berbagai bahan telah digunakan dalam berbagai bentuk untuk memasukan ke dalam
vagina. Pada tahun 1885 Walter Rendell (inggris) untuk pertama kali membuat
suatu suppositorium, terjadi atas sulvas kinin dalam oleum kakao, kemudian
sulfas kinin diganti dengan hidrokuinon yang mempunyai daya spermatisida yang
lebih kuat. Obat spematisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas dua
komponen yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum
yang non aktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin
erat hubungan antara zat kimia dan sperma,makin tinggiu efektifitas obat. Oleh
sebab itu, obat yang paling baik adalah yang dapat membuat busa setelah
dimasukan kedalam vagina sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks
uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat
spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain(diafragma
vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain.
a. Mekanisme kerja
Preparat
spermatisid terjadi atas dua komponen, yaitu bahan kimia yang mematikan sperma
biasanya nonilfenoksi polietanol, dan medium yang dipakai berupa tablet busa,
cream, atau agar. Tablet busa/agar diletakan dalam vagina, dekat serviks.
Gerakan-gerakan senggama akan menyebarkan busa melalui serviks, sehingga secara
mekanik menutupi ostium uteri eksternum dan mencegah masuknya sperma ke dalam
kanalis servikalis.
b. Daya guna
Daya
guna teoritis ialah tiga kehamilan perseratus tahun wanita. Daya guna pemakaian
ialah 30 kehamilan per 100 tahun wanita. Perbedaan yang tinggi ini disebabkan
oleh seringnya terjadi kesalahan dalam praktek, misalnya cream atau agar yang
dipakai tidak cukup banyak, pembilasan vagina dalam 6-8jam sesudah sanggama,
dan sebagainya.
c. Efek samping
Efek
samping walaupun jarang ditemukan tetapi bisa ditemukan berupa reaksi alergi.
Disamping itu preparat spermatisid mempunyai rasa tidak enak.
d. Obat-obatan spermatisida
1) Suppositorium: Lorofin suppositoria, Rendel pessaries.
Suppositorium dimasukan sejauh mungkin kedalam vagina sebelum koitis. Obat ini
baru mulai aktif setelah liama menit . lama kejanya kurang lebih 20menit sampai
1 jam.
2) Jelly atau creme: perseptin vaginal jelly, orthougynol
vaginal jelly, delfen vaginal creme.jelly lebih encer dari pada creme. Obat ini
disemprotkan kedalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang
lebih 20menit sampai 1 jam.
3) Tablet busa: sampoon,volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan
tablet terlebih dahulu dicelupkan kedalam air, kemudian dimasukan kedalam
vagina sejauh mungkin.lama kerjanya 30 sampai 60 menit.
4) C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat,
dan larut dalam air. Dalam vagina obat ini mereupakan gel dengan tingkat
dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai
efektif setelah 30 menit.
7.
Kontrasepsi
hormonal
a.
Sejarah
Pada
tahun 1921 Heberlandt melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang
sedang hamil kepada binatang lain yang spesiesnya sama. Ia menemukan kemandulan
sementara pada binatang yang menerima transplantasi. Pada tahun 1930 Allen
melakukan isolasi progesteron, dan pada tahun-tahun berikutnya Bickenback dan
Von Massenbach menemukan bahwa progesterone, testosterone, dan estrogen dapat
menghambat ovulasi.
Barulah
pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang, dan Rock menemukan bahwa pemberian
progesterone per os pada hari ke-5 sampai ke-25 daur haid dapat menghambat
ovulasi, hormone steroid ini digunakan untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan
pertama kontrasepsi oral dengan noretinodrel dan mestranol di Puorte Rico pada
tahun 1956 membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.
Semenjak
itu perkembangan kontrasepsi hormonal berlangsung terus. Tahun 1960 pil
kombinasi estrogen dan progesterone mulai digunakan. Tahun 1963 pil skuensial
diperkenalkan. Sejak tahun 1965 sampai sekarang masih banyak di adakan
penyusuaian dosis atau penggunaan progesterone saja, sehingga muncul pil mini
dan lain-lain. Perkembangan ini pada umumnya bertujuan mencari suatu
kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi, efek samping minimal, dah
keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.
b. Mekanisme
kerja estrogen
Estogen
mempunyai kasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan
ovum, atau inplantasi.
Ovulasi
dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya
menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang
mengandungestrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini
tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesterone
disampng estrogen.
Implantasi
telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi yang diberikan
pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi
rata—rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen
dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang dapat
menghambat inflamasi.
c. Mekanisme
kerja progesterone
Fungsi
progesterone ialah menyiapkan endrometrium untuk implantasi dan mempertahankan
kehamilan. Disamping itu, progesterone mempunyai pula khasiat kontrasepsi,
sebagai berikut:
1) Lendir
servik mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan
transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
2) Kapasitasi
sperma dihambat oleh pragesteron. Kapasitasi diperlukan oleh sperma untuk
membuahi sel telur dan menembus rintangan disekeliling ovum.
3) Jika
progesterone diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan
terhambat.
4) Inplantasi
dihambat bila progesterone diberika sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat
terjadi,produksi progesteron dari korpus luteumakan berkurang sehingga
implantasi dihambat
5) Penghambatan
ovulasi melalui fungsi hipotalamus, hipofisis, ovarium.
d. Pil
Kombinasi
Pil
kombinasi dewasa ini dipakai oleh lebih dari 65 juta wanita diseluruh dunia.
Dalam satu pil terdapat baik progesterone maupun estrogen sintetik. Pil diminum
setiap hari selama 3 minggu diikuti dengan 1 minggu tanpa pil atau placebo,
pada saat mana suatu pendarahan surut akan terjadi. Estrogennya ialah etinil
estradiol atau mestranol, dalam dosis 0,05; 0,08; atau 0,1 mg per tablet. Progestinnya
berfariasi yang merupakan androgen, yang merupakan progesteron atau mempunyai
pengaruh estrogen intrinsic.
1) Indikasi
kontra
Indikasikontra
mutlak pemakaian ialah terdapat tromboflebitis atau riwayat tromboflebitis,
kelainan serebro vascular, fungsi hati tidak atau kuarng baik, adanya keganasan
pada kelenjar payudara atau alat reproduksi, adanya kehamilan atau varises
berat.
Indikasikontra
relative ialah hipertensi, diabetes, perdarahan abnormal per vaginamyang tidak
jelas sebabnya, laktasi, fibromioma uterus, penyakit jantung atau ginjal.
2) Pilihan
pil Kombinasi
Dalam
memilih jenis pil kombinasi pertama-tama harus diperhatikan ada tidaknya
indikasikontra yang tertera di atas. Pil kombinasi yang terdapat di Indonesia
dewasa ini dapat dilihat pada table 1. Sehubungan dengan kolerasi antara
potensi dan tromboemboli, sangat sangat danjurkan untuk memakai dengan dosis 50
mcg atau kurang. Progesteron yang mempunyai pengaruh entrogenik mialnya
noretinodrel, Etinodioldiasetat, Noretindron asetat, dan noretindron sedangkan
norgestrel tidak mempunyai pengaruh estrogenic.
3) Cara
makan pil.
Pil
pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Dapat juga
dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu agar mudah
diingat. Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40
hari, sedang pada pasca keguguran 1-2 minggu sesudah kejadian.
Jumlah
pil 21-22 tablet dimakan terus menerus, kemudian istirahat selama 1 minggu.
Pada pil kombinasi yang terdiri atas 28 tablet ( 21 tablet pil kombinasi dan 7
tablet placebo), pil diminum terus menerus. Tablet yang diminum pertama kali
sewaktu haid ialah tablet placebo.
Pada
2 minggu pertama pemakaian pil bungkus pertama sebaikknya jngan bersenggama,
atau memakai kontrasepsi lain. Karena ovulasi pada siklus haid itu mungkin
belum dapat dicegah.
Usahakan
agar pil diminum pada waktu yang kurang lebih sama, misalnya sesudah makan
malam, agar supaya mudah diingat, dan juga agar kadar obat dalam tubuh kurang
lebih tetap.
Setiap
pagi dilakukan control apakah pil kemari sudah diminum. Jika lupa minum pil,
minumlah segera kembali ketika ingat. Pil berikutnya diminum seperti biasa.
Jika lupa 2 pil berturut-turut, minumlah 2 pil segera ketika ingat, dan 2 pil
lagi pada waktu yang biasa hari berikutnya. Pada keadaan ingi mungkin akan
terjadi spotting. Selama sisa daur haid harus dipakai cara kontrasepsi yang
lain. Jika lupa 3 pil yang atau lebih, kemungkinan kegagalan (hamil) akan
menjadi besar. Pemakaian pil dihentikan selama 1 minggu, kemudian mulai bungkus
baru.
Perdarahan
surut terjadi pada hari ke 3-4 sesudah pil kombinasi habis. Jika tidak /;terjadi perdarahan, pil pertama bungkus
berikutnya dapat dimulai, jika seminggu setelah pil kombinasi habis. Jika
perdarahan tidak terjadi lagi bulan berikutnya, pemeriksaan terhadap
kemungkinan kehamilanharus dilakukan, dan pemakainan pil dihentikan
dahulu.
4) Efek
samping
Efek
samping dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni efek sampingan yang ringan, dan
efek samping yang berat.
Efek
samping yang ringan berupa pertambahan berat badan, perdarahan di luar daur
haid, enek-enek, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea pascapil,
retensi cairan, dan keluhan-keluhan gastrointestinal. Umumnya efek sampingan
ini timbul dalam beberapa bulan pertama pemakaian pil. Efek sampingan iniakan
berkurang dan hilang dengan sendirinya, ada pula yang hilang jika pasien
berpindah ke pil yang lain, dengan kadar estrogen dan progestron yang lebih
sesuai. Dalam table diperlihatkan beberapa efek samping sehubungan dengan kadar
estrogen dan progesterone masing-masing.
Efek
samping yang berat adalah tromboemboli, yang mungkin terjadi karena peningkatan
aktivitas factor-faktor pembekuan, atau mungkin juga karena pengaruh vaskuler
secara langsung. Angka kejadian tromboemboli pada para wanita pemakai pil
adalah sekitar 4-9 kali lebih tinggi dari pada para wanita bukan pemakai pil
golongan umur yang sama. Angka kematian ialah 3 per 100.000 wanita pil,
sehingga kalau dibandingkan dengan angka kematian meternal (oleh karena
kehamilan) angka itu sebenarnya jauh lebih rendah. Kemungkinan mendapat
tromboemboli-suatu komplikasi yang jarang –dikurangi oleh pemakaian pil yang
mengandung estrogen dosis rendah, misalnya 50 mikrogram atau kurang dari itu.
Walaupun demikian, masih ada kemungkinan hubungan antara tromboemboli
progesterone.
Efek
samping pil kontrasepsi
Estrogen
|
Progestin
|
|
|
Kelebihan
Nausea
Edema
Keputihan
Kloasma
Disposisi lemak
berlebihan
Eksotrofia serviks
Teleangiekstasia
Nyeri kepala jenis
veskuler
Hipertensi
Supersi laktasi
Buah dada tegang
dengan retensi
cairan
|
Kekurangan
Irritabilitas
Semburan panas
Prolapsus uteri
Spotting
Darah haid
berkurang
Tidak adanya
Perdarahan surut
Libido berkurang
|
Kelebihan
Nafsu makan
meningkat
Berat badan
bertambah
Cepat lelah
Depresi
Lbido berkurang
Akne
Alopesia
Cholestatic
jaundice
Lama haid ber-
kurang
Nyeri kepala
Efek anabolik
Miniliasis
Payudara membesar
Payudara tegang
Tapa retensi cairan
|
Kekurangan
Darah haid
lebih banyak, di
sertai bekuan
Perdarahan surut
terlambat
|